Maulid Nabi Muhammad SAW Bukan Sekedar
Selayang Pandang
Manusia
berada dalam kerugian, kecuali manusia beriman, beramal soleh, baik, benar,
sabar. Salah satu perbuatan rutinnya adalah selalu hadir didalam majelis ilmu
dengan "hujjah" yakni, mengahdiri satu majelis ilmu lebih baik dari seribu pahala perbuatan
baik lainnya. Bahkan, jalanan yang sering dilaluinya pun turut berdzikir.
Sebagaimana Nabi Daud AS, ketika membaca Kitab Zabur, gunung, burung dan
makhluk lainnya ikut berdzikir. Dan rumah yang didalamnya dibaca Al-Qur'an akan
terang benderang terlihat oleh penghuni langit maupun penghuni bumi. Jangan jadikan Maulid, Maulid, Maulid Nabi Muhammad SAW
hanya selayang pandang belaka, semestinya menjadi vitamin penambah tenaga dalam
mendakwahkan akhlak Baginda Nabi Besar Muhammad SAW kepada masyarakat tanpa ada rasa jemu hingga
yaumil akhir. Jangan "khayal" masuk surga kalau tidak shalat, karena
shalat ketentuan Allah SWT. Shalat kalau tidak shalawat tidak diterima, kalau
kita shalat harus mengenal siapa dan bagaimana Rasulullah SAW. Sebagaimana yang
diterangkan dalam sebuah tafsir bahwa "manusia kalau mati, ketika
ditinggal 7 langkah, bangkit lagi untuk ujian kepada si mayit, lalu Alllah SWT
mencipta malaikat Munkawanakir yang spesial menanyakan pada si mayit, siapa Tuhan
siapa Nabi dan Rasulmu." Organ tubuh menjadi saksi di yaumil kiamah. Mulut
ditutup, lidah diikat, dan organ tubuh kita berbicara. Sekarang mari sama-sama kita
merenung bahwa bagaimana Allah SWT kepada Rasulullah SAW, bagaimana Rasulullah
SAW kepada Allah SWT, bagaimana Rasulullah SAW kepada sahabat, bagaimana
sahabat kepada Rasulullah SAW, bagaimana Rasulullah SAW kepada ulama, dan
bagaimana ulama kepada Rasulullah SAW.
(Suber
: Maulid Nabi Muhammad SAW, Majelis Dzikir Al Barzanzi, Pimpinan Ust Hamdari
Sidik, Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar